
Technologue.id, Jakarta - Call of Duty Mobile (CODM) awalnya punya potensi besar di dunia esports mobile. Sayangnya, meski didukung perusahaan besar, game ini gagal menarik perhatian dan masuk ke kompetisi esports mainstream.
Sejak debutnya pada 2020, CODM Esports mengalami banyak perubahan format dan sponsor. Namun, beberapa turnamen regional dibubarkan atau kurang diminati penonton.
Baca Juga: Netflix The Electric State: Kid Cosmo, Prekuel Film dalam Bentuk Game

Salah satu masalah utama adalah ekosistem kompetitif yang lemah, dengan turnamen terbatas dan format berbeda di tiap wilayah. Selain itu, perbedaan aturan antara mode ranked dan kompetitif yang bikin pemain kesulitan beradaptasi.
Keterlibatan penonton menurun drastis, pada 2024, puncak jumlah penonton bahkan tak mencapai 50 ribu. Kurangnya kontinuitas dan struktur turnamen yang buruk ikut berkontribusi pada penurunan ini.
Baca Juga: Konami Bawa Suikoden ke HP, Siap Jajal Petualangan Baru?

Sementara itu, game lain, seperti PUBG Mobile dan Mobile Legends: Bang-Bang (MLBB) sukses karena dukungan komunitas lokal dan ekspansi cepat. CODM kurang mendukung komunitas akar rumput, sehingga sulit bersaing.
Dukungan developer yang terbatas terhadap esports CODM bikin ekosistem kompetitifnya kurang berkembang. Tanpa interaksi yang baik antara semua elemen, sulit bagi game ini buat bangkit.
Untuk memulihkan kejayaannya, CODM bisa meniru peta jalan sukses dari judul lain. Dengan memperkuat ekosistem kompetitif dan melibatkan komunitas, ada harapan bagi CODM buat bangkit lagi.