Technologue.id, Beijing - Perusahaan riset IC Insights menerbitkan laporan yang menganalisis kontribusi negara dan wilayah pasar semikonduktor.

Lebih dari separuh pasar ditempati oleh perusahaan-perusahaan dari Amerika Serikat. Sedangkan China hanya merebut 4%.

Penting untuk dicatat di sini, bahwa kita tidak berbicara tentang di mana chip dibuat; tetapi di negara mana perusahaan semikonduktor berada.

Baca juga:
Startup China Siapkan Penerbangan Komersial Hipersonik

Pangsa AS terkemuka dalam peringkat adalah 54%, diikuti oleh Korea Selatan dengan 22%, Taiwan 9%, Eropa 6%, serta Jepang. Analis perusahaan menghitung angka-angka ini dengan mempertimbangkan perusahaan IDM yang terlibat dalam pengembangan dan produksi chip. Juga merek yang tidak memiliki fasilitas produksi sendiri.

Angka-angka AS kuat di kedua kategori, sementara Korea Selatan, Jepang dan Eropa sangat bergantung pada manufaktur.

Menurut pakar IC Insights, situasinya tidak akan berubah secara radikal di tahun-tahun mendatang, mengingat subsidi signifikan yang dialokasikan otoritas AS untuk industri ini, yang mencerminkan kepentingannya tinggi.

Hasil mengecewakan China jelas menunjukkan kurangnya kapasitas manufaktur di antara perusahaan lokal. Tetapi dorongan Beijing untuk swasembada dalam mikroelektronika tidak berkurang.

Pada 2025, pihak berwenang China akan menyediakan sendiri hingga 70% dari kebutuhan negara. Namun karena sanksi AS, per Februari 2021, angka ini hanya dinaikkan menjadi 5,9%. Program ini harus sepenuhnya selesai pada tahun 2035.

Giz China menyebutkan, analis Forrester yakin bahwa pencegah terpenting bagi pabrikan China saat ini adalah kebijakan Beijing yang terlalu ketat terhadap wabah COVID-19. Karena itu, investasi negara bernilai miliaran dolar di industri ini belum membuahkan hasil yang diinginkan.