Technologue.id, Jakarta - Mark Zuckerberg, pendiri dan CEO Facebook (sekarang Meta), baru-baru ini mengungkapkan ketidakpuasannya terhadap kebijakan Apple terkait dengan pembayaran di App Store. Menurutnya, merupakan dampak kerugian perusahaan dari penurunan penjualan iPhone.
Dalam sebuah pernyataan yang cukup keras, Zuckerberg menyatakan bahwa Apple sedang "memaksa" perusahaan-perusahaan teknologi besar, seperti Facebook, untuk membayar lebih banyak biaya. Padahal mereka bukan penyebab penurunan penjualan iPhone 16.
Zuckerberg mengungkapkan frustrasinya tentang bagaimana Apple mengalihkan biaya lebih tinggi kepada pengembang aplikasi seperti Facebook setelah penurunan penjualan iPhone.
Dalam pandangannya, Apple mencoba menutupi kerugian finansial mereka akibat penurunan penjualan perangkat keras dengan meningkatkan biaya untuk aplikasi-aplikasi yang ada di ekosistem mereka, khususnya terkait dengan kebijakan pemotongan 30% dari pendapatan yang dihasilkan oleh pengembang aplikasi melalui pembelian dalam aplikasi (in-app purchases).
Langkah ini telah menimbulkan ketegangan antara perusahaan teknologi besar, karena para pengembang aplikasi, termasuk Facebook, merasa terbebani oleh kebijakan tersebut. Menurut Zuckerberg, kebijakan ini mempengaruhi model bisnis perusahaan dan dapat berdampak buruk bagi inovasi di dunia digital.
Selain itu, komentar Zuckerberg ini juga datang di tengah berbagai kritik yang diterima Apple terkait monopoli di pasar aplikasi, khususnya yang berkaitan dengan kontrol yang mereka miliki terhadap distribusi aplikasi di platform mereka dan persentase yang mereka ambil dari setiap transaksi.
Pada akhirnya, Zuckerberg menekankan bahwa biaya tambahan yang dibebankan oleh Apple bisa menghambat peluang pengembang untuk bersaing di pasar aplikasi, dan berpotensi meningkatkan harga bagi konsumen yang akhirnya akan membayar lebih tinggi untuk produk-produk dan layanan yang mereka inginkan.
Dengan adanya pernyataan ini, tampaknya persaingan antara Apple dan perusahaan-perusahaan teknologi besar akan terus menjadi sorotan dalam beberapa tahun mendatang, terutama seiring dengan semakin ketatnya regulasi yang diterapkan pada raksasa teknologi tersebut di berbagai negara.