Lebih lanjut Heru mengungkapkan, jika perusahaan teknologi membangun data center, ini bisa dikatakan investasi tetapi di sisi lain jualan. Heru menilai membangun data center di Indonesia karena pasar Indonesia besar, di mana pengguna ponsel di atas 350 juta, pengguna internet 220 juta, belum lagi penggunaan media sosial, perbankan, e-commerce dan sebagainya.

"Yang perlu disoroti dari Microsoft adalah perkembangan komitmen pembangunan data center di Indonesia sudah sampai di mana," kata Heru.

Ia menjelaskan bahwa saat ini pembangunan data center sulit dilakukan di Singapura karena kendala listrik, sehingga Indonesia jadi pilihan. "Apalagi, jalur serat optik asia pasifik berubah akibat geopolitik, dari yang tadinya ke arah Singapura-Hong Kong-AS pindah ke perairan Indonesia menuju Guam dan AS," tuturnya.

"Kita menyambut investasi asing sepanjang itu benar baik secara komitmen dan nilainya, mengikuti aturan yang ada di Indonesia dan tentunya membuka lapangan kerja dan alih teknologi. Jangan sampai sekali lagi kita hanya pasar, dan seolah investasi tapi hanya memindahkan lokasi data center dimana nanti kemudian tenaga kerjanya diambil dari luar Indonesia," jelasnya.

"Kita harap investasi yang masuk membawa value dan berdampak bagi perkembangan dunia digital Indonesia dan ekonominya," pungkasnya.