Technologue.id, Jakarta - Social commerce, tren memasarkan produk melalui platform aplikasi diprediksi akan semakin tumbuh hingga lima tahun ke depan. Di 2023, nilai transaksi atau gross merchandise value (GMV) mencapai USD8,2 miliar atau sekitar Rp126 Triliun.
Angka tersebut berdasarkan riset Statista, yang menunjukkan hingga 2028 nilai social commerce akan terus meningkat hampir 3 kali lipat. Di 2028, GMV dari social commerce ini mencapai USD22,1 miliar.
Social commerce berhubungan dengan aktivitas pemasaran produk yang langsung menyasar kepada konsumen. Bentuk social commerce seperti live shopping misalnya, menggabungkan elemen belanja online dengan interaksi sosial secara real-time.
Baca Juga:
Tokopedia dan Shopee Ramai-Ramai Gencarkan Potensi Produk Lokal
Penjual bisa melakukan siaran langsung untuk memamerkan produk mereka, menjawab pertanyaan dari penonton, dan menawarkan promosi khusus. Platform seperti Shopee, TikTok, dan Instagram menghadirkan fitur live shopping untuk memudahkan penjual dan pembeli berinteraksi langsung.
Dengan melihat pertumbuhan GMV yang diperkirakan terus meroket dalam lima tahun, peluang ini ditangkap oleh agency periklanan. "Semakin banyak agency-agency periklanan melengkapi divisinya dengan divisi baru di bidang e-commerce dan social commerce, termasuk di dalamnya social commerce," ungkap Ketua Umum Persatuan Perusahaan Periklanan Indonesia (P3I), Janoe Arijanto kepada Technologue.id melalui pesan singkat.
Ia menjelaskan, dalam trend komunikasi pemasaran, tren itu secara konsep disebut sebagai “marketing di funnel bawah” atau konversi di tahap sales, yang berhubungan langsung antara konten (live shopping) dengan proses penjualan, atau content to commerce.